Powered By Blogger

Senin, 08 Maret 2010

Remuk Redam


Remuk Redam

Empat hari menjelang Ujian Nasional, teman-teman sekelas disibukkan oleh suatu pekerjaan yang menjadi teman-temanku pusing, bingung, dan stress. Tugas itu menjadikan suasana kelasku kacau balau dan temuk redam. Tugas Bahasa Inggris dari seorang wanita yang bernama Susaryenab. Dia adalah guru bahasa inggris yang mengajar kami tentang speeking, writing, dan listening. Begini ceritanya:

Pagi sekitar pukul 06.30 WIB, aku berangkat sekolah untuk mengikuti latihan ujian praktek olahraga dari Bapak Sukrisno. Aku melewati jalur ke sekolah dengan jarak 15 km. Sesampainya di sekolah yang terletak di jalan C.Simanjuntak 2 Yogyakarta terpaksa aku datang terlambat karena aku tidak berangkat pukul 06.00 WIB. Terpaksa aku dengan temanku yang terlambat seperti Yosaphat, Grandis, Sevri, Uki, dan Tinon melakukan pemanasan bersama. Setelah pemanasan, aku ditunjuk untuk menghitung jumlah lari Dyna. Ternyata Dyna mendapat 8 putaran lapangan sekolah dalam waktu 5menit. Sebaliknya setelah Dyna selesai berlari, aku berlari mengelilingi lapangan dalam waktu 5menit. Dyna bergantian menghitung jumlah lariku. Aku mendapat 10,25 putaran, tetapi hasil itu telah di dahului temanku yang bernama Grandis dan Doni. Mereka mendapat 11 putaran lapangan. Keringat dan dahaga pun mengalir terus. Aku berusaha menahan dan berlatih menghembuskan nafas sehingga mengurangi kekelahan. Setelah latihan ujian olahraga telah selesai, saya dan teman-teman bermain bola basket. Aku melihat talenta bagus dari seorang yang bernama Zulfahmi Sitompul. Di suatu ketika, aku dan teman-teman menemukan sebuah kesalahpahaman antara siswa dengan guru. Permasalahan pengaturan waktu anatara pendalaman materi bahasa inggris denag olahraga. Kami sekelas belum meminta izin kepada Ibu Vem bahwa waktu pendalaman materi diambilalih untuk olahraga. Suatu ketika, datanglah seorang guru yang gemuk yang bertugas mengurusi pendalaman materi yang bernama Doso Atmono. Dia mengonfirmasikan kepada XII IA 4 dan Bapak Sukrisno untuk meminta maaf kepada Bu Vem karena waktu pendamalaman materi bahasa inggris diambil alih utuk waktu olahraga.

Olahraga pun telah selesai, kami langsung berganti pakaian olahraga menjadi pakaian identitas yang berwarna krem. Pelajaran selanjutnya pun dimulai yaitu pelajaran kimia dengan pengajar Bapak Soenardi. Bapak Soenardi merupakan salah satu guru yang disiplin waktu dalam mengajar. Sewaktu dia memasuki ruang kelasku, dia menengok kanan-kiri siswa-siswi yang mengerjakan tugas bahasa inggris dari Mrs.Susaryenab. Dia menyarankan kepada siswa agar disipiln waktu dalam mengumpulkan tugas karena waktu ujian nasional telam diambang pintu. Begitu besar nasihat dan perhatian kepada siswa, dia memberikan waktu untuk pendalaman materi kimia digunakan untuk mengerjakan tugas bahasa inggris. Kami bersorak dan berterima kasih kepada Bapak Soenardi.

Seketika itu, wali kelas XII IA 4 yang bernama Ibu Reni datang menengok kami untuk membagikan kartu ujian nasional. Aku mendapatkan nomor 05-003-138-7. Ibu Reni dengan sabar membagikan tugas kepada siswa walaupun siswa mengerjakan soal bahasa inggris. Suasana kelas menjadi tidak tegang dan panik, ketika seseorang siswa yang bernama Sinta Kartika mengatakan bahwa tugas bahasa inggris dikumpulkan pada hari Jumat. Teman-teman bergegas mengerjakan tugas tersebut. Aku juga turut panik mendengar berita itu. Langsung aku bergegas ke Chika membeli kertas polio bergaris. Setelah itu, aku langsung mengerjakan tugas bahasa inggris. Menulis, menggaris, menyalin fonetik transcription menjadi secepat kilat. Arso adalah partnerku, dia membantuku menyelesaikan tugas tersebut. Seseorang dari temanku bernama Ana Puspita Dewi menangis karena Dhita Kharunisa tidak dapat datang ke acara tersebut. Dhita mengalami patah kaki sewaktu berangkat sekolah karena menabrak seorang anak yang akan menyeberang. Mrs. Susaryenab memang tidak beperikemanusian karena partner yang sedang mengalami patah kaki harus datang menemuinnya sewaktu menyerahkan tugas bahasa inggris. Aku terharu melihat Dhita datang ke sekolah, dalam hatiku bertanya apakah tidak ada kasihan guru kepada seorang murid yang mengalami cacat. Aku juga minta maaf kepada Dhita karena aku belum dapat menjenguknya karena banyak tugas dan acara penting tiap tahun yang membutuhkan konsentrasi dan persiapan matang. Tak terasa lama tugas itu dapat terselesaikan dalam waktu singkat. Aku mengucapkan kepada Arso, temanku yang membantu aku menyelesaikan tugas tersebut. Setelah tugas terselasaikan, aku menfotokopi tugas itu dengan jumlah tujuh kali. Segeralah aku bergegas ke Chika untuk menfotokopi tugas tesebut itu, walaupun harga per lembar 115 rupiah, aku tidak merasa mahal karena ruangan ber-AC dan pelayanannya bagus. Di samping itu, aku juga kesulitan menemukan foto kopi yan tidak padat. Setelah selesai, aku bergegas kembali ke kelas, ketika di perjalanan aku memberikan lambaian untuk Aurum Data Metriana.

Sesampainya di kelas, ternyata aku harus menata fotokopianku dengan kepunyaan Arso. Kami mengombinasi menurut urutan gambar agar tidak terbalik. Langsung kami mengeklipkan tugas tersebut ke foto kopi di depan sekolah yang terkenal mahal. Kami menyusun dalam stopmap merah yang bermerek panda. Setelah lengkap tugas itu, Kami menunggu giliran untuk bertatapmuka dengan Mrs.Susaryenab. Kami mengantri lama karena urutan tersebut tidak diatur sesuai giliran. Hampir 1,5 jam, kami mengantri dengan tertib. Aku melihat Mrs. Susaryenab makan roti sewaktu mengoreksi pekerjaan siswa. Dari urutan Binu, Sad Mei, Manda, Grandis, Utex, Arini, Pintosari, Sevri, Shinta, dan kemudian kami. Sebelum masuk kami sudah berhadapan dengan Arini bahwa dia adalah urutan terakhir. Langsung Arso dan Aku masuk bertatap muka dengan Mrs. Susaryenab. Dia mengatakan bahwa dia telah lelah. Kami membujuk, maka dia mau mengoreksi kepunyaan kami. Dia membuka halaman satu hingga halaman 10. Diagoreskan bolpoin kepunyaannya pada setiap bagian yang keliru. Bagian dari kami mengalami kerusakan grammar di setiap halaman. Mrs. Susaryenab mengatakan kepada guru-guru lain bahwa tak ada satupun bagian yang bernar. Kami panik dan diberi caci maki yang dasyat. Yang paling mengejutkan dia bertanya kepadaku bahwa kemarin aku tidak masuk sewaktu pembelajaran terakhir bersama dia. Aku menjadi grogi sewaktu kesulitan menjawab pertanyaaan dalam bahasa inggris. Untunglah, Arso membantu aku mengucapkan didn’t dan attend. Dua kata itu menjadi sangan berharga bagiku untuk menjawab pertanyaan dari Mrs. Susaryenab. Aku mendapat caci makian, tetapi caci makian itu, aku pendam dalam-dalam. Aku menjadi remuk redam atas caci makian itu. Dihadapan beberapa guru bahasa inggris seperti Mrs. Juwanti dan Mrs Agustin, Mrs Susaryenab memamaki-maki kami. Dia juga menolak tugas dari kami karena tidak sesuai dengan aturan yang benar. Waktu yang singkat itu menjadi semakin lama, dihadapan guru bahasa inggris yang pernah ke Selandia Baru, Kanada, dan sempat mengajar di SMA Negei 1 Wonosari. Aku hanya dapat melihat di amencoret pekerjaan kami. Dia menulis recount with simple past di bagian cover. Setelah itu, kami meninggalkan ruangan itu dengan wajah kecewa di hadapan teman-teman. Arso hanya mengeluh karena koreksi dari guru les tidak dapat membantu. Aku hanya kecewa dan tersa berat mengayuh langkah dengan membawa tas orange dengan bertupuk potongan kestas polio. Guffi memberikan dukungan kepada kami karena kami harus mengulang tugas tersebut.

Eh teman-teman, ada cerita menarik lainya yaitu seorang guru yang sudah tua dan pada bulan april ini pensiun bernama Bu Zaenab. Dia membantu kami dalam menyelesaikan tugas. Dia memberi aba-aba kepada kami dalam mengumpulkan tugas. Dia juga memberi bujukan kepada Mrs. Susaryenab agar menunggu kami dalam menyelesaian tugas. Kami sekelas patut berterima kasih kepadanya. Terima Kasih Bu Zaenab….. Kami hanya dapat mendoakan agar mendapatkan umur panjang dan di beri keselamatan. Kami juga mengucapak selamat menjalani massa pensiun, Kami tidak dapat membalas perhatian Anda kepada kami.

Jonathan Reza.P (19 April 2008)

Namche ‘08