Bengawan Solo Purba
Menurut para ahli bahwa dahulu pada zaman Tersier sekitar kala Meiosen, lempeng Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia karena massa jenis lempeng Australia lebih berat daripada lempeng Eurasia, sehingga membentuk zona subduksi atau zona penunjaman. Akibatnya, lempeng Eurasia yang massa jenisnya lebih ringan menjadi terangkat ke permukaan. Dasar perairan laut dangkal yang mengandung koral dan terumbu karang menjadi timbul ke permukaan. Bentuklahan tersebut meninggalkan berkas aktivitas tektonime berupa Perbukitan Kars Gunung Sewu yang membentang dari Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Wonogiri, sampai Kabupaten Pacitan. Salah satu bentuklahan di Perbukitan Karts Gunung Sewu adalah Bengawan Solo Purba. Bengawan Solo Purba adalah alur sungai sepanjang 30 km yang berupa lembah Giritontro yang sangat terjal berkelok-kelok memanjang dari Gunung Payung di sebelah barat Giriwoyo ke arah selatan berakhir di Teluk Pantai Sadeng Gunungkidul. Pengangkatan Pegunungan Selatan di Kala Plestosen Tengah sampai Meosen tidak diimbangi oleh proses penggerusan aliran Bengawan Solo sehingga mengakibatkan aliran Bengawan Solo terbendung dan membentuk sebuah Cekungan Baturetno yang terletak di daerah Baturetno sampai Eramoko. Aliran Bengawan Solo menemukan jalan keluar daerah yang lebih rendah kearah utara menuju Laut Jawa melewati jalur lipatan Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Rembang. Proses tektonik berupa pengangkatan di Jawa bagian utara sehingga membentuk jalur lipatan tersebut diimbangi oleh daya gerus Bengawan Solo yang berlangsung sampai sekarang. Proses antesenden atau pembalikan arah aliran Sungai Bengawan Solo meninggalkan jejak berupa teras-teras sungai dan lembah yang curam yang memotong batuan tersier di Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Rembang. Aliran Bengawan Solo sepanjang 540 km melewati 20 kabupaten diantaranya Surakarta, Wonogiri, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Sragen, Blora, Rembang, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya.
Bengawan Solo Purba yang mengalir ke selatan memotong jalur Pegunungan Seribu melewati suatu lembah yang dikenal dengan nama lembah Giritontro. Lembah Giritontro merupakan lembah bekas alur sungai besar, berdinding curam menyerupai huruf U dengan beda tinngi dasar lembah sampai puncak perbukitan sekitar 150-250 meter. Lembah Giritontro membentuk undak-undak sungai pada kedua dinding lembahnya. Undak pertama dengan ketinggian 20 meter dari dasarr lembah yang terdiri dari material tanah terarosa yang berwarna merah kecoklatan dengan material batu gamping berukuran 2-5 cm, rijang, dan fragmen batu beku. Material tersebut merupakan hasil rombakan dari perbukitan karst di sebelah samping kiri dan kanan lembah. Undak kedua dengan ketinggian 8 meter dari dasar lembah dengan material penyusun perselingan batulempung berwarna coklat kehitaman dengan batupasir konglomerat dengan komposisi terdiri atas mineral kuarsa, feldspar dan mineral mafik yang berasal dari batuan vulkanik. Material sedimentasi berupa alluvium membentuk batulempung, sedangkan material sedimentasi berupa batupasir konglomerat merupakan batuan vulkanik Tersier yang tidak tertutup oleh batu gamping pada Formasi Wonosari. Ujung bagian utara Lembah Giritontro yang letaknya di sebelah timur dari Gunung Payung yang berada di atas lembah Bengawan Solo sekarang yang bermata air dari Gunung Rohtawu dan Pegunungan Tumpakkayan. Perbedaan ketinggian dari Lembah Giritontro dengan lembah Bengawan Solo sekarang sekitar 150 meter. Perbedaan tersebut disebabkan oleh struktur sesar Pucunglangan yang memanjang dari Gunung Batok di daerah Pacitan dengan Gunung Kukusan di daerah Wonogiri. Struktur sesar Pucunglangan mengakibatkan terbentuknya Cekungan Baturetno dan lembah mengantung yang dibatasi oleh tebing yang curam di sebelah timur Desa Sumur dan di daerah Giri Belah. Lembah tersebut merupakan bagian dari alur Lembah Giritontro yang terpotong oleh tebing yang curam di sisi tenggara Cekungan Baturetno.
Cekungan Baturetno merupakan genangan Sungai Bengawan Solo yang tidak dapat mengalir ke arah selatan melewati Lembah Giritontro karena daya gerus sungai tidak dapat mengimbangi dengan pengangkatan Pegunungan Seribu. Cekungan Baturetno memiliki topografi berupa dataran bergelombang dengan ketinggian antara 150-175 meter dpal. Cekungan Baturetno melebar ke arah utara sampai Waduk Gajah Mungkur. Cekungan Baturetno dikelilingi topografi perbukitan di sebelah sisi barat dan timur yang dibatasi oleh gawir-gawir bertingkat dan terjal dari arah timur laut sampai barat daya. Batuan dasar Cekungan Baturetno terdiri dari persilangan antara batugamping fragmental dengan kalkarenit dan kalsilutit. Ketidakselarasan formasi Wonosari menyebabkan terendapkan diatasnya batu lempung hitam dengan batupasir konglomerat. Batu lempung hitam terendapkan di bagian tengah dari Cekungan Baturetno, sedangkan batupasir konglomerat diendapkan di mulut alur lembah dari sungai-sungai yang berasal dari bukit-bukit di sekeliling Cekungan Baturetno membentuk endapan kipas alluvial.
Jonathan Reza Pahlawan (08/272852/GE/6546)
Ekspeditor Geomorfologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar